Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak akan mampu hidup sendiri. Setiap manusia yang satu dengan manusia lainnya akan memerlukan saling bergantung. Oleh karena itu, manusia diharapkan mampu menjalin hubungan antar sesamanya. Hubungan yang terjalin itu disebut hubungan sosial. Ada beberapa bentuk bentuk hubungan sosial yang kita kenal dalam kehidupan masyarakat.
Bentuk Hubungan Sosial
Bentuk bentuk hubungan sosial yang terjadi di masyarakat secara garis besar dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu:
- Hubungan sosial antar pribadi,
- Hubungan yang terjalin antara pribadi dengan kelompok, dan
- Hubungan yang terjadi antara kelompok dengan kelompok.
Dalam beberapa definisi tentang bentuk bentuk hubungan sosial, ada baiknya kita menyimak pengertian sosial dari beberapa tokoh.
Menurut Maryati dan Suryawati, “Interaksi sosial atau hubungan sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu,individu dengan kelompok,serta antara kelompok dengan kelompok”.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Murdiyamoko dan Handayani. Menurut mereka, “Interaksi atau hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhir orientasi dari hubungan yang dibangun,akan menghasilkan pembentukan struktur sosial”.
Hubungan Sosial Sebagai Bagian dari Proses Sosial
Interaksi atau hubungan yang terjadi akan menghasilkan satu kondisi dimana antar sesama manusia yang berinteraksi saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung. Hal tersebut hanya bisa terjadi apabila hubungan atau interaksi yang dibangun adalah hubungan yang positif.
Asosiatif
Salah satu bentuk hubungan sosial adalah asosiatif. Asosiatif merupakan bentuk hubungan atau interaksi sosial yang terjadi di masyarakat yang menghasilkan satu kerja sama antar individu atau kelompok. Bentuk kerja sama itu kemudian membentuk satu kesatuan yang berguna untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Bentuk hubungan sosial asosiatif lebih menekankan pentingnya merangkul semua elemen individu atau kelompok untuk bersama-sama melakukan sebuah kegiatan. Misalnya, gotong royong, piket kelas, dan kerja sama yang terbangun di dalam keluarga.
Inti dari bentuk hubungan sosial Asosiatif adalah hubungan sosial ini hanya mengenal suatu ciri hubungan yang positif. Karena menurut teori ini, hubungan yang dibangun dengan tidak baik (negatif) hanya akan memecah belah hubungan kesatuan yang dibangun. Bentuk interaksi atau hubungan asosiatif terdiri dari beberapa bentuk, yakni:
A. Kerja Sama
Bentuk bentuk hubungan sosial ini timbul karena adanya kebutuhan manusia yang tidak akan mungkin diperolehnya bila dia bekerja sendiri. Jadi, untuk itu diperlukan kerja sama.
Pengertiannya kerja sama adalah usaha yang dilakukan bersama-sama antar dua individu atau lebih, serta antar kelompok yang ada untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Untuk tercapainya tujuan yang dimaksud, kerja sama membutuhkan iklim kegiatan yang menyenangkan. Artinya, setiap kerja sama yang terjadi bukanlah karena paksaan, namun keinginan untuk saling membantu yang mesti keluar dari pemikiran dan hati yang sehat.
Kerja sama yang terjalin dipercaya akan lebih kuat bila ada bahaya dari luar. Misalnya, kerja sama yang terjadi ketika satu kelompok diserang oleh kelompok lain. Demi mempertahankan wilayah kekuasaan, kelompok membentuk kerja sama yang lebih solid.
Bentuk bentuk hubungan sosial yang menghasilkan kerja sama ini dapat dibagi lagi ke dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Kerja Sama yang Terjadi pada Kelompok Primer
Pada kelompok ini, kerja sama yang dilakukan lebih bersifat spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Hal tersebut bisa kita lihat pada kelompok keluarga. Setiap anggota keluarga cenderung mampu membaurkan diri dalam lingkaran keluarganya.
Hal ini timbul begitu saja sebagai upaya pembauran diri menjadi bagian dari kelompok keluarga. Dalam bentuk primer ini, masing-masing individu lebih menyukai bekerja dalam bentuk tim selaku anggota, daripada bekerja sendiri sebagai perorangan.
2. Kerja Sama yang Terjadi pada Kelompok Sekunder
Pada kelompok ini, kerja sama yang dilakukan mendasari pada perencanaan. Sebelum melakukan kerja sama ini, para anggota kelompok memang sudah merencanakan atau menyusun program-program kerja sama seperti apa yang akan dilakukan.
Perencanaan disusun berdasarkan pemikiran rasional dan sengaja, serta bukan merupakan perencanaan yang bersifat spontan atau berdasarkan emosi solidaritas. Kerja sama dalam bentuk sekunder tidak mengharuskan semua unsur untuk saling bertemu (tatap muka), dan cakupan kerjasamanya biasanya sangat luas. Misalnya, kerja sama internasional antarnegara atau organisasi kenegaraan.
Untuk terjalinnya sebuah kerja sama, ada hal-hal yang perlu kita ketahui sebagai berikut:
- Kerja sama untuk mencapai kesepakatan harus melalui tawar menawar terlebih dahulu. Kerja sama hanya akan terjalin jika disepakati pimpinan yang kemudian ditunjuk untuk mengendalikan jalannya organisasi. Hal ini sering disebut dengan proses Kooptasi.
- Kerja sama harus mengedepankan komunikasi yang terjalin dengan baik, individu atau organisasi harus mampu bersikap kooperatif dalam bingkai koalisi. Ouput dari kerja sama adalah demi mencapai keuntungan bersama.
B. Asimilasi
Bentuk lain dari asosiatif adalah asimilasi. Asimilasi merupakan proses peleburan kebudayaan yang melahirkan kebudayaan tunggal yang diakui sebagai milik bersama. Rasa memiliki ini kemudian membentuk kesatuan dan menandai hilangnya perbedaan. Kebudayaan baru tersebut merupakan perpaduan kebudayaan yang ada.
Asimilasi dapat terjadi apabila adanya perbedaan, adanya pertemuan secara intensif antara kelompok kebudayaan yang satu dengan kelompok kebudayaan lainnya, serta adanya penyesuaian kebudayaan.
Hal-hal yang mempermudah terjadinya hubungan asimilasi, yaitu:
- Musuh bersama,
- Pernikahan campuran,
- Unsur dalam beberapa budaya yang mempunyai kesamaan,
- Saling pengertian antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas,
- Adanya peluang ekonomi yang seimbang,
- Adanya tenggang rasa, dan
- Adanya sikap mampu menerima orang asing beserta kebudayaan yang dibawanya.
C. Amalgamasi
Bentuk bentuk hubungan sosial selanjutnya adalah amalgamasi. Amalgamasi merupakan rangkaian suatu proses peleburan dua kelompok kebudayaan yang melahirkan kebudayaan yang betul-betul baru, tidak ada sedikit pun yang berisi unsur kebudayaan lama. Hasil dari kebudayaan baru ini, kemudian membentuk komunitas yang baru, dan akhirnya melakukan kegiatan atau hubungan sosial.
Disosiatif
Bentuk bentuk hubungan sosial yang lainnya disebut dengan disosiatif. Berbeda dengan bentuk asosiatif yang bertujuan untuk menjalin kesatuan. Hubungan sosial disosiatif bertujuan untuk mengarahkan dua individu atau kelompok pada perpecahan. Bentuk disosiatif dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetisi
Bentuk disosiatif ini juga disebut sebagai hubungan yang melahirkan persaingan. Persaingan yang timbul merupakan konsep logis dari individu atau kelompok yang ingin menjadi yang terbaik. Persaingan ini kemudian menciptakan pertentangan yang merunut pada permusuhan. Jadi, hubungan yang terjadi mengakibatkan perpecahan atau permusuhan.
Celakanya, bentuk bentuk hubungan sosial disosiatif ini terjadi di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sebagai manusia yang memiliki keinginan untuk jadi yang terbaik, manusia mau tidak mau harus melakukan kompetisi. Contoh disosiatif terjadi di sekolah.
Misalnya, para murid melakukan kompetisi untuk menjadi yang terbaik, kondisi diciptakan sedemikian rupa. Tanpa sadar gelar juara kelas kita perebutkan antar teman sekelas yang pada prosesnya tidak dapat dihindari akan terjadi persaingan.
Persaingan adalah awal dari perpecahan. Disosiatif dapat terjadi lewat persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan ras dan warna kulit, serta persaingan kedudukan atau jabatan.
2. Pertentangan
Disebut juga sebagai bentuk disosiatif yang berakibat lahirnya konflik. Konflik pada dasarnya hampir serupa dengan persaingan. Pada persaingan terjadi kompetisi dimana masing-masing yang bersaing, mencoba menjadi yang terbaik. Bedanya dengan konflik adalah konflik untuk mencapai tujuannya menjadi yang terbaik, selalu menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mencapai tujuan dan maksudnya tersebut.
Umumnya, konflik membentuk pertentangan yang sangat luas. Ini diakibatkan oleh cakupan daerah konflik yang bisa terjadi antar negara. Seperti konflik sengketa lahan perbatasan, masing-masing pihak mengklaim batas wilayahnya dan akhirnya tidak didapat kata sepakat, lambat laun terjadi ancaman dari masing-masing negara, dan ketika ancaman sudah mencapai puncaknya maka terjadilah peperangan.
Menyikapi hubungan sosial yang ada dalam masyarakat sebenarnya adalah rutinitas wajar. Kehidupan sosial dalam masyarakat merupakan hal paling hakiki dari manusia yang merupakan makhluk sosial. Namun jelas bahwa, setiap hubungan tidak selamanya akan membawa pada satu kemanfaatan bersama. Adakalanya hubungan sosial memasuki masa ketika peran satu pihak tidak lagi dianggap penting.
Dewasa ini kita dihadapkan pada permasalahan bangsa yang kompleks, termasuk kehidupan sosial masyarakat. Akar sebagai negara yang bersatu perlahan tercerabut dari dasarnya. Kepentingan dianggap sebagai kunci untuk membina hubungan dengan orang lain. Hal-hal seperti ini yang kemudian membuat lemahnya rasa persatuan.
Kendati demikian, tidak semua dari hubungan sosial yang tidak baik tadi bisa dihilangkan begitu saja. Selain hal tersebut, memang diakui keberadaaannya oleh teori, hubungan yang demikian juga menjadi bagian dari terbentuknya jati diri bangsa. Tinggal sekarang menjadikan semua hubungan sosial yang kita lakukan bertujuan untuk membina kerukunan hidup berbangsa dan bernegara yang lebih santun, akur, dan bermartabat.
Demikian bentuk bentuk hubungan sosial yang terjadi pada masyarakat. Mudah-mudahan berguna bagi kita semua sebagai referensi pengetahuan sosial yang dapat kita aplikasikan di masyarakat.
Bentuk-bentuk Hubungan Sosial