Dunia tengah mengalami masalah hutan yang sangat serius, baik secara kualitas maupun kuantitas. Indonesia mengalami tingkat kerusakan hutan tertinggi dunia, yaitu mencapai 72%. Pada tahun 2000 saja, kita kehilangan sampai 60 juta hektar hutan alami.
Kerusakan Hutan dan Hutan Gundul
Sudah banyak artikel hutan gundul maupun kerusakan hutan yang mengingatkan kita akan bahaya laten yang mengintai terkait kerusakan hutan tersebut. Hutan yang sudah rusak begitu banyak memunculkan masalah beragam, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dirasakan oleh manusia.
Fungsi hutan sedianya sebagai penyerap air saat musim hujan agar tidak terjadi banjir, dan penyimpan air cadangan saat musim kemarau agar tidak terjadi kekeringan. Banyak banjir bandang terjadi di berbagai daerah karena sungai sudah tidak bisa menampung debit air akibat tidak adanya resapan air di daerah hulu sungai.
Rusaknya hutan berarti rusaknya habitat alami bagi berbagai jenis hewan yang berujung pada kematian hewan tersebut, atau hewan-hewan itu mencari tempat tinggal baru, termasuk mendatangi kawasan penduduk.
Tidak adanya pepohonan menyebabkan tanah menjadi labil karena mengandung banyak air yang pada level tertentu akan mengakibatkan tanah longsor.
Dampak langsung lainnya adalah pengaruhnya terhadap kualitas udara. Berkurangnya pohon berarti berkurangnya suplay oksigen bagi manusia dan meningkatnya suhu udara yang secara global akan mempengaruhi iklim.
Permasalahan-permasalahan yang diuraikan diatas hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya permasalahan akibat rusaknya hutan.
Pertanyaannya adalah, sudah seberapa besarkah kepedulian Anda terhadap masalah ini? Langkah nyata apa yang telah Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas hutan sebagai jantung dunia?
Ada banyak hal kecil namun sangat bermanfaat bagi pelestarian hutan yang bisa kita lakukan di rumah walaupun rumah tempat kita tinggal berada jauh dari kawasan hutan.
Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Hutan
Dalam artikel ini dibahas terkait faktor penyebab kerusakan hutan. Area hutan dikatakan rusak jika mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Salah satu cirinya adalah hutan tampak gundul akibat habisnya pepohonan yang tumbuh di tempat itu.
Pohon-pohon besar ditebang untuk diambil batang kayunya guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Lahan yang sudah gundul selanjutnya dimanfaatkan untuk perkebunan, pertambangan, atau bahkan dibiarkan terlantar tak terurus.
Penyebab kerusakan hutan ini sangat kompleks di mana satu sama lainnya saling berkaitan. Namun bila kita runut satu per satu, kita akan mendapatkan benang merah dari masalah sebenarnya, yaitu sistem politik dan sistem ekonomi yang korup.
Dikatakan korup karena implementasi dari sistem-sistem tersebut cenderung mengeksploitasi sumber daya alam demi kepentingan pribadi tanpa disertai tanggung jawab.
Secara umum, faktor-faktor penyebab rusaknya hutan kita antara lain adalah:
1. Sektor Industri
Sektor industri termasuk yang paling banyak berperan dalam merusak keberadaan hutan alami. Di Indonesia saja, sekitar 3 juta hektar hutan mengalami kerusakan setiap tahunnya. Negara kita ini telah dikenal sebagai penghasil utama kayu bulat, kayu lapis, dan kayu gergajian, serta tak ketinggalan produk turunannya, yaitu pulp dan kertas.
Kebutuhan kayu yang berlebihan oleh industri kayu memicu maraknya pembalakan liar yang sangat sulit dikontrol. Hal ini juga berpotensi memunculkan tindakan penyalahgunaan hak penguasaan hutan (HPH) oleh perusahaan.
Kebutuhan kayu yang sangat besar ini pun diakomodir oleh pemerintah, salah satunya dengan penggalakan hutan tanaman industri. Jutaan hektar hutan alami dibabat untuk dijadikan hutan tanaman industri penyokong industri pulp. Sayangnya, banyak terjadi penelantaran lahan. Area yang dibabat hanya sebagian saja yang ditanami, sebagian lainnya dibiarkan terlantar.
Pembalakan liar atau illegal logging masih saja marak karena lemahnya penegakan hukum atas hal ini. Padahal hal ini memiliki andil luar biasa dalam kerusakan hutan. Penebangan pohon di kawasan hutan alami bukanlah perkara mudah sehingga harus dilakukan secara terencana. Penebangan pohon hutan yang berukuran besar dan akses jalan yang sulit tentu memerlukan alat berat dan alat-alat pendukung lainnya, serta melibatkan orang-orang yang berperan.
2. Sektor Perkebunan
Pengalihan fungsi hutan menjadi area perkebunan memiliki peran yang tidak sedikit dalam kerusakan hutan di Indonesia. Setiap tahun, jutaan hektar area hutan dibabat untuk dijadikan lahan perkebunan.
Contohnya perkebunan sawit, perkebunan coklat, dan perkebunan karet yang memang memerlukan lahan yang sangat luas. Sayangnya, hutan alami yang sudah dibabat tidak sepenuhnya ditanami secara produktif. Hanya sebagian saja yang berfungsi sebagai perkebunan, selebihnya dibiarkan terlantar tak produktif.
3. Sektor Pertanian
Pertanian termasuk memiliki andil dalam rusaknya hutan alami. Sampai saat ini, masih ada saja pihak-pihak yang melakukan pembukaan hutan untuk upaya ladang berpindah.
Program transmigrasi sebagai upaya pemerataan penduduk juga berperan dalam mengurangi hutan alami Indonesia. Para transmigran ditempatkan di daerah dan disediakan lahan terbuka untuk bertani. Untuk hal ini, pemerintah telah memangkas sekitar dua juta hektar hutan alami.
4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dapat terjadi secara tidak sengaja dan disengaja. Kebakaran yang tidak disengaja bisanya terjadi pada musim kemarau, dimana tanaman hutan dalam kondisi kering dan pergesekan di antaranya dapat menimbulkan percikan api.
Sementara kebakaran yang disengaja kerap dilakukan oleh kelompok atau perusahaan yang akan membuka lahan hutan untuk perkebunan. Cara membakar ini dianggap lebih cepat dan lebih ekonomis. Sayangnya, tidak dibarengi dengan antisipasi saat terjadi kebakaran yang menjalar dan meluas tak terkendali ke area yang seharusnya dilindungi.
Upaya-Upaya Penyelamatan Hutan
Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan sebagai upaya penyelamatan kelestarian hutan yang sangat kita butuhkan itu.
1. Reboisasi
Reboisasi atau penanaman kembali lahan yang telah gundul adalah upaya yang manfaatnya akan terasa langsung, di mana kondisi lahan yang tadinya rusak dan gundul akan menjadi hijau kembali oleh pepohonan.
Pembangunan terasering atau sengkedan pada lahan yang miring akan berguna untuk menghambat aliran air hujan yang terserap.
2. Mengawasi Pembabatan Hutan
Kita dapat mengawasi pembabatan hutan dengan cara melaporkan kegiatan pembalakan liar kepada pihak yang berwajib dan mengawasi jalannya penegakan hukum terhadap kasus tersebut. Salah satu penyebab tak berkurangnya tindakan ilegal ini adalah tidak adanya sanksi tegas dan berat terhadap para pelaku.
Anda juga bisa membuat dan menyebarkan artikel hutan gundul sebanyak-banyaknya sebagai upaya mengingatkan masyarakat luas untuk berperan aktif dalam melestarikan hutan alami sebagai penopang kehidupan manusia di dunia.
Secara perlahan kita semua pasti telah merasakan betapa mulai sulitnya menemukan air bersih gratis saat ini. Sumber-sumber air bersih telah banyak berkurang. Untuk kebutuhan rumah tangga, banyak yang menggantungkan kebutuhan airnya pada perusahaan pengolahan air bersih. Tetapi tahukah Anda bahwa banyak dari perusahaan air bersih yang mulai kesulitan mendapatkan air karena berkurangnya sumber mata air?
Berkurangnya debit air pada sumber mata air adalah salah satu akibat dari rusaknya hutan sebagai serapan air. Jika tidak ada usaha sama sekali terhadap hal ini, bukanlah hal yang mustahil jika kita tidak bisa menemukan lagi sumber air alami. Apalagi pertambahan penduduk mengakibatkan pertambahan kebutuhan akan air bersih.
Jika Anda merasa peduli terhadap nasib kita yang tergantung pada hutan alami, maka mulailah melakukan tindakan nyata sekarang juga. Anda bisa mengurangi pemakaian produk-produk yang berbahan baku dari hasil hutan. Misalnya, menggunakan kusen dari baja ringan sebagai pengganti kusen kayu, mengurangi pemakaian kertas dan tisu, serta menghindari pemakaian sumpit kayu sekali pakai.
Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Hutan