Pangeran Diponegoro terlahir dengan nama Raden Mas Ontowiryo. Ketika VOC mulai berkuasa di saat ayah beliau, Sultan Hamengku Buwono III, menjadi raja kerajaan Yogyakarta, Raden Mas Ontowiryo mulai menunjukkan sikap tidak suka terhadap Belanda yang sering membuat peraturan yang dianggap merendahkan raja-raja Jawa.
Suasana di dalam lingkungan istana juga membuat beliau merasa tak nyaman karena golongan bangsawan yang telah diadu domba Belanda mudah mengalami intrik dan saling mencurigai. Sang pangeran akhirnya memutuskan untuk keluar dari lingkungan keraton dan tinggal di Tegalrejo.
Perlawanan Pangeran Diponegoro
Kebencian Pangeran Diponegoro terhadap VOC semakin memuncak ketika menyaksikan kesewenang-wenangan Belanda dalam menarik pajak dan tidak menghargai adat istiadat masyarakat Jawa. Perang Diponegoro dimulai ketika VOC Belanda memasang patok di tanah milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo dan diambil alih menjadi haknya.
Berbekal saran dari sang paman, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas di daerah Goa Selarong. Kepindahan Pangeran Diponegoro ini disertai penduduk yang sangat mendukung serta bersimpati terhadap perlawanan beliau melawan VOC.
Perlawanan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dilakukan secara bergerilya. Semangat Perang Sabil (perang melawan orang kafir) yang digemakan beliau mendapat sambutan masyarakat luas, hingga tokoh agama Surakarta bernama Kyai Maja turut membantu perjuangan Pangeran Diponegoro melawan VOC Belanda.
Tanggal 20 Juni 1825, VOC Belanda mengumumkan perang terhadap Pangeran Diponegoro dengan tuduhan melakukan makar dan mulailah perang besar yang disebut dengan Perang Diponegoro selama kurun waktu 1825 – 1830. Meski dilakukan secara bergerilya, perlawanan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya menyebabkan kerugian besar bagi pihak Belanda.
Sejak tahun 1829, perlawanan Diponegoro mulai melemah, namun tidak berarti berhenti sama sekali. Belanda tetap belum mampu menangkap sang pangeran meski telah membuka sayembara berhadiah bagi siapa pun yang berhasil menyerahkan Diponegoro.
Dengan tipu muslihat berdalih mengajak berunding, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap di Magelang pada 28 Maret 1830 dan kemudian diasingkan ke Manado beserta seluruh keluarga dan pengikutnya sebelum akhirnya dipindah ke benteng Rotterdam di Makassar hingga akhir hayatnya.
Perlawanan Pangeran Diponegoro Terhadap VOC