Terbukti sudah pendapat Samuel P. Hutington mengenai terjadinya benturan peradaban. Cendikiawan dari Amerika ini pernah menuliskan di dalam bukunya yang berjudul “Clash of Civilization” (benturan peradaban) bahwa berbagai benturan-benturan peradaban akan terjadi. Salah satu benturan peradaban yang nyata terjadi saat ini adalah benturan peradaban antara Islam dan Barat.
Menurut Samuel Hutington, pasca perang dingin, dunia akan didominasi oleh dinamika politik yang terjadi antara peradaban (cultural) alih-alih konflik, antara National State seperti pada perang dingin. Negara melawan negara atau fakta melawan fakta.
Samuel berpendapat bahwa akan terjadi “Clash of Civilization” (benturan peradaban). “Clash” artinya suatu pertentangan/benturan. Benturan atau pertentangan antara peradaban yang merupakan sebuah entity cultural yang akan menggantikan entitas negara yang konvensional. Ia telah memperkirakan bahwa akan ada sekitar 8 hingga 10 peradaban besar yang akan mendominasi dinamika politik dan konflik di dunia.
Terjadinya Benturan Peradaban Islam dan Barat
Jika mengamati sejarah, bisa dilihat bahwa masing-masing entitas peradaban itu memiliki dinamika sejarah yang bergesekan. Barat memiliki sejarah kelam persengketaan dengan Islam, Sino, Hindu, Ortodox dan sedikit dengan Amerika Latin dan Afrika.
Islam merupakan entitas yang paling banyak mengalami persengketaan dengan Barat. Teori Samuel mengenai Clash Civilization ini ternyata mempengaruhi dinamika politik sekarang. Tiba-tiba saja muncul pemikiran bagi pemimpin-pemimpin Amerika, bahwa musuh mereka setelah Blok Timur adalah Islam.
Inggris pun tak mau kalah. Tony Blair menyatakan kalau ideologi Islam merupakan “ideologi setan”. Tony Blair dalam pidatonya pada saat Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris, memaparkan mengenai ciri ideologi setan. Ciri-ciri ideologi setan menurut Blair, ialah ideologi yang menolak legitimasi Israel, memiliki pemikiran syariat adalah dasar hukum Islam, pembentukan khilafah Islam, dan anti terhadap nilai-nilai liberal dari Barat.
Persengketaan antara Islam dan Barat makin memanas setelah tragedi WCT pada 11 September 2001. Peristiwa runtuhnya WTC ini kemudian dikembangkan oleh Amerika Serikat sebagai jalan pemberlakuan Undang-Undang Anti Teroris di seluruh dunia. Sayangnya, stigma teroris itu dilekatkan kepada Islam. Sehingga bermunculanlah berbagai reaksi perseteruan antara Islam, Barat, juga ideologi lainnya.
Sesudah peristiwa 11 September itu, George Walker Bush (Presiden Amerika saat itu) menumpahkan amarah dan dendam kesumatnya kepada Islam. Bush menyerukan kepada dunia agar melakukan perang terhadap kekuatan politik yang tidak mempunyai batasan teritorial maupun geografis. Ia menyebutnya dengan ungkapan “war against terrorism”, perang melawan teroris. Stigma teroris itu ditujukan kepada Islam.
Bush pun menggulirkan aksi balas dendamnya dengan melakukan serangan terhadap kekuasaan Taliban di Afghanistan yang disinyalir sebagai tempat persembunyian jaringan terorisme Al-Qaeda. Taliban digempur habis-habisan dengan menggunakan berbagai senjata tempur canggih. Bush memaksa pemimpin Al-Qaeda Usama bin Laden agar menyerah. Taliban akhirnya tumbang dan Amerika merayakan kemenangannya.
Paska penggulingan Taliban di Afghanistan, Bush kembali melancarkan aksi balas dendamnya dengan menggempur Irak. Berbagai alasan dikemukakan Bush untuk mendapatkan persetujuan dunia mengenai aksinya.
Ia pernah mengatakan bahwa Irak menyembunyikan senjata nuklir yang sangat berbahaya. Ia juga beralasan bahwa invasi ke Irak bertujuan menggulingkan rezim Saddam Husein yang diktator dan terlibat dengan Al-Qaeda.
Apapun alasan Amerika membombardir Irak, yang pasti perang tersebut berpengaruh terhadap kondisi hubungan Islam dan Barat. Invasi Amerika ke Irak merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Ribuan rakyat sipil menjadi korban perang tersebut.
Jutaan penduduk Irak mengalami nasib tidak menentu. Amerika telah membuat rakyat Irak semakin menderita hingga menimbulkan gelombang emosi dan kekuatan masa untuk mengadakan perlawanan balik.
Jika menelisik lebih jauh, sebenarnya konflik dan ketegangan antara Barat dan Islam selama ini merupakan kasus yang mengakar pada sejarah masa lalu dari kedua peradaban tersebut. Pertentangan pada masa lalu menimbulkan kecurigaan dan upaya untuk saling menguasai satu sama lain.
Islam menganggap Barat tidak bisa memahami Islam. Begitu pun dengan Barat yang menganggap Islam sebagai agama yang eksklusif dan tertutup. Islam dipandang sebagai agama yang keras dan antipati terhadap kebudayaan Barat.
Perang Salib yang berlangsung selama dua abad (10961 – 1291 M) merupakan pemicu munculnya sentimen terhadap kedua peradaban tersebut. Barat pernah pernah mengalami kemenangan pada Perang Salib pertama (1096 – 1009 M).
Namun mereka mengalami kekalahan fatal pada Perang Salib II hingga Perang Salib VII. Karena itulah tidak mustahil jika Barat memendam dendam kesumat terhadap Islam. Hingga menimbulkan kebencian terhadap Islam hingga saat ini.
Sayangnya banyak yang mengabaikan kalau jauh sebelum perseteruan itu terjadi, Islam dan Barat pernah menjalin hubungan yang erat dan harmonis. Mereka saling berhubungan dalam pembentukan interaksi global demi kemajuan peradaban manusia secara universal. Di dalam sejarah dicatat bahwa Islam dan Barat telah mengadakan berbagai kerja sama di segala bidang kehidupan, terutama dalam hal perkembangan budaya dan transformasi ilmu pengetahuan.
Kita berharap dua peradaban ini bisa kembali hidup berdampingan. Kembali menjalin hubungan yang harmonis demi kemaslahatan peradaban manusia di seluruh dunia.
Terjadinya Benturan Peradaban Islam dan Barat